Kultur Jaringan Pisang
Kultur jaringan adalah suatu usaha untuk menumbuhkan sel,
jaringan, dan organ tanaman pada medium buatan secara aseptik dalam lingkungan
yang terkendali. Pengadaan bibit dengan cara ini, sangat sesuai untuk usaha
pisang dalam skala besar (industri). Pada umumnya media yang digunakan dalam
kultur jaringan pisang ini adalah MS (Roedyarto, 1999 dan Gunawan, 1995).
Pisang umumnya diperbanyak dengan anakan. Anakan yang berdaun
pedang lebih disenangi petani, sebab
pohon pisang yang berasal dari anakan demikian akan menghasilkan tandan yang
lebih besar pada panen pertamanya (tanaman induk). Bonggol atau potongan
bonggol juga digunakan sebagai bahan perbanyakan. Tetapi jantung pisang juga
merupakan eksplan yang menguntungkan karena mudah mendapatkannya dan resiko
kontaminasi lebih kecil karena bukan berasal dari tanah dan tertutup rapat oleh
kelopak bunga (Nisa dan Rodinah, 2005).
Kini telah dikembangkan kultur jaringan untuk perbanyakan secara
cepat, melalui ujung pucuk
yang bebas-penyakit. Cara ini telah dilaksanakan dalam skala komersial, tetapi adanya mutasi yang tidak dikehendaki
menimbulkan kekhawatiran. Dalam
perbanyakan bibit pisang secara kultur jaringan, ada empat tahap yang harus dilalui yaitu, pertama, tahap inisiasi. Pada tahap
ini eksplan membentuk kalus dan bertunas
banyak. Kedua, tahap pelipatan tunas (multiplikasi) yaitu tunas yang sudah terbentuk dipisahkan kemudian ditumbuhkan dalam
medium agar tumbuh tunas baru (perbanyakan sub
kultur). Ketiga, tahap perakaran tunas (regenerasi planlet) dan tahap terakhir yaitu tahap aklimatisasi lingkungan
(Sunarjono, 2002 dalam Wahyudi, 2004).